Teks Berjalan

Om Swastyastu, Sameton Sutha Abimanyu, Nyama Blijul ajak makejang.. Rahajeng rauh ring blog puniki, elingang follow ig @blijul_pande twitter @jul_pande Youtube: Blijul TV _ Om santih, santih, santih.

Wednesday, January 4, 2012

PRABHU ANGLINGDHARMA

Angling Dharma
Dikisahkan pada jaman dahulu ada sebuah kerajaan di tanah Jawa,bernama kerajaan Malawapati,rajanya bernama Prabhu Angling Dharma yg walaupun masih muda beliau terkenal raja yang berwajah tampan,pandai di bidang agama dan kepemimpinan,Konon paduka bukan saja dihormati oleh seluruh rakyat Malawapati,akan tetapi juga sangat disegani di seluruh tanah Jawa..Beliau naik tahta atas pemintaan rakyatnya,karena ayah beliau sdh melaksanakan tapa wanaprasta.Saat naik tahta Prabhu Angling dharma masih bujang,walaupun usia beliau sdh cukup dewasa,karena dari sekian banyak putri raja di tanah Jawa,belum satupun yang berkenan di hati beliau.

Sebagai seorang raja jaman itu tentu saja salah satu kegemaran Beliau adalah berburu,Diceritakan pada suatu ketika baginda raja dengan para patih,pengwal ,bala tentara mengiringi raja berburu kedalam hutan.Lama nian beliau dengan pengawal dan para patih berburu,sehingga tak terhitung binatang buruan yang telah didapat.Mentari telah meninggo di atas ubun,paduka rajapun telah merasa lelah,yang akhirnya beliau memutuskan untuk beristirahatndibawah seb uah pohon beringin.
Saat beliau merebahkan diri,diatas sebuah batu ceper yang cukup besar,sambil dipijati oleh para pengawal,sang Prabhu tiba2 pandangannya terpaku pada pinggir batu ceper tempat beliau merebahkan diri, dilihatnya ada dua ekor ular kecil(lelipi lengis) sebesar jarum sedang bercinta dan akhirnya bersetubuh.

“Aduh dosa besar!” teriak sang Prabhu sambil serta merta mengambil busur panah,dan memukulkannya pada dua mahluk yang sedang memadu kasih.Para pengawal serta merta juga terkejut,sambil serentak bertanya kepada sang prabhu

“Ada apa paduka?” Tanya para patih.

“Ah hanya dua ekor ular yang sedang bercengkrama”ujar sang Prabhu sekenanya.Para pengawal sedikit tersenyum agak masam,karena mengira Sang Prabhu junjungannya iri serta cemburu melihat dua pasang ular berkasih.kasihan di depan beliau.Tapi semua bala tentara dan pengawal sedikit heran,.karena setelah ular itu dipukul oleh sang Prabhu.,.saat itu sebuah sinar terlihat melesat keangkasa,hanya sang Prabhu yg melihat apa sebenarnya sinar itu.Hal ini disebabkan karena kewaskitaan sang Prabhu.

Setelah kejadian itu beberapa saat sang Prabhu termenung,tidak berucap kata sedikitpun,sementara para pengawal,dan bala tentara beliau semuanya pada diam,tak seorangpu berani berkata sepatah katapun,apalagi ada yg berani beranjak dari tempat nya.Kejadian ini berlangsung cukup lama,yang akhirnya salah seorang pengawal kesayangan dan andalan raja meberanikan diri bertanya.

“Daulat paduka jungjungan hamba,apa sesungguhnya yang terjadi,kenapa paduka begitu bermuram durja,sepertinya ada sebuah penyesalan?”Tanya rakyan patih

“Wahai patihku..sesungguhnya aku sangat menyesali perbuatasnku,krn aku telah memukul dua pasang ular,yang sedang berkasih kasihan”jawab sang prabhu.

“Mohon ampun paduka,mengapa paduka kelihatan begitu bersedih hanya memukul sepasang ular??Bukan kah segala binatang berhak untuk diburu bahkan dibunuh oleh manusia,seperti paduka berburu saat ini”? Tanya kembali sang patih dengan sedikit rasa heran,karena kok tumben sang prabhu bersedih gara gara memukul binatang.

“Uduh para pengawal dan para patih semua ,dengarkanlah!!!Sebenarnya yang aku pukul itu bukan sembarang ular,Ia tidak lain adalah si Naga Taksaka anak dari Hyang Anantaboga,walaupun aku punya alas an mengapa aku sampai memukulnya,karena Ia telah bersetubuh dengan ular “deles” yang hina.Ini berarti si Taksaka telah melanggar aturan yang sangat berat dari para dewa.Karena itu pula aku terpaksa memukulnya.”kata sang Prabhu menjelaskan.

Saat itu sebenarnya ada seekor ular kecil dengan mata merah menyala sedang bersembunyi,di sebuah lubang kecil,dibawah batu tempat duduk sang Prabhu,yang dengan sangat marah siap mematuk sang prabhu.Namun setelah mendengar penjelasan sang Prabhu kepada para patih dan pengawalnya,tiba tiba saja marah si ular kecil mata merah itupun reda,dan seketika itu beliau berubah wujud menjadi seorang pendeta,berdiri dihadapan prabhu Anglingdharma.

“Wahai anakku Sang Prabhu,aku adalah sang Anantaboga,ayahnda dari si Taksaka,maafkanlah kedatanganku”kata sang pendeta.

“Rahayu sri Begawan,maafkan pula hamba karena telah berani berbuat lancang terhadap anak paduka”,sembah sang Prabhu.

“Aku lah sesungguhnya yang harus minta maaf,karena hampir aku yang tua ini berbuat dosa besar karena membunuhmu,Syukurlah sebelum aku sempat melakukannya ,aku telah mendengarkan penjelasannmu,aku tadinya begitu marah mendengar pengaduan anakku si Taksaka yang mengatakan tanpa salah apapun lalu sang Prabhu memukulnya.Sesungguhnya tindakan sang prabhu sangat benar dan bijak,krn sang prabhu telah berani menjatuhkan hukuman kepada siapapun juga yg bersalah,tanpa pandang bulu.Demikianlah seharusnya seorang raja harus berlaku adil sesuai dengan YAMA BRATA dari Asta brata,terima kasih sang prabhu karena telah menyelamatkan aku..dari perbuatan dosa himsa karma.”jelas sang Ananta bhogha dg sedikit menyesal.

“Terima kasih Sri Begawan atas kemulyaanmu”jawab sang Prabhu

“Uduh sang Prabhu,karena kebijaksanaan dan keluhuran hati sang Prabhu,saya ingin memberikan sesuatu pada paduka,dekatkanlah telingamu!”Sang Anantabhogapun membisikan sesuatu di telinga sang prabhu.

“Anakku sang prabhu,ajian ini belum pernah dimiliki oleh manusia manapun di dunia ini,hanya sang prabhulah yg memilik satu satunya.Namun ingat anakku,ini adalah pengetahuan yg sangat rahasia,tidak boleh dikatakan dan diajarkan kepada siapapun,andaikata ananda melanggar maka kematian akan menjemputmu.Dan sejak saat ini ananda akan mampu mengerti seluruh bahasa hewan dan bahkan tumbuh tumbuhan.”

“Baiklah dan terima kasih hamba kan selalu ingat dan tidak akan pernah melanggar pantangan itu”,kata sang prabhu.

Setelah kejadian itu tiba2 sang Anantabhoga hilang lenyap dari pandangan mata,dan sang prabhu bersama seluruh patih dan pengawalpun kembali ke istana.

Diceritakan beberapa tahunsetelah kejadian itu,sang Prabhu akhirnya menemukan jodohnya.Beliau melamar putrid raja Bojanegara yg terkenel cantik jelita,tiada bedanya dengan Dewi Parwati,istri Sanghang Nilakanta yang menjelma turun ke bumi.

Demikian lah perkawinanpun di selenggarakan dengan cukup meriah,maklum seorang raja besar.Sebelas hari lamanya diadakan pesta rakyat,yg dihadiri oleh begitu banyak undangan raja raja dfari seluruh tanah Jawa.

Karena sibuknya sang prabhu tentu saja belum sempat menikmati malam pertama pengaten barunya.Akhirnya barulah di malam yang kedua belas sang prabhu sempat untuk mengunjungi pelaminan,untuk menumpahkan rasa kerinduan dan sekaligus kewajiban sebagai seorang suami,Sementara bermalam malam Diah Satyawati,istri beliau,sang penganten putri,terasa lelah,penat menahan rindu,bagaikan magma gunung merapi yg hamper termuntahkan laharnya.

Saat malam pertama sang Prabhu berada di pelaminan,dan ketika beliau sedang berkasih mesra bersama sang dewi,pada tembok kamar beliau ,dua ekor cecak jantan betina sedang pula berkasih kasihan ,sambil menonton apa yang dilakukan sang prabhu bersama permaisuri.

“Kanda, berdiri bulu kudukku melihat sang prabhu begitu pandai merayu permaisuri,”kata cecak betina.

“Aduh dinda,lihat tangan sang prabhu bergerak dengan lincahnya,dua buah gunung sedang didakinya,sambil melepaskan semua pakaian sang putri”sahut cecak jantan.

“Ah..kapan kanda mampu merayuku seperti itu,aku akan sangat merasa bahagia.”sambunbg si cecak betina.

“Jangan banyak cakap, aku gemetar melihat kecantikan sang putri yang begitu sempurna,sungguh gak beda patung emas dewi Saraswati”

“Aku tak tahan kanda,sang prabhu mulai menciumi dan mencubiti sekujur tubuh tuan Putri”.

“Aku juga..ah ,lihat dinda sang prabhu mau..mulai…!”

“Cepat kanda tolong aku,jangan biarkan diriku kepanasan…peluklah aku..toloooong!!” rintih si cecak betina.

Sang prabhu yang saat itu hampir start, tiba tiba gak tahan tertawa ngakak, mendengar percakapan kedua cecak itu sedari tadi.

“Ha ha ha ha kak kak kak," tawa sang prabhu sambil serta merta menutup mulut beliau dengan kedua tangannya. Tuan putripun terkejut, karena tak menyangkan sang prabhu yang hampir merobek kegadisannya, tiba2 berhenti dan tertawa ngakak.

“Kenapa paduka tertawa?” Tanya tuan putri.

“Tidak dinda,tak ada apa apa ,kanda hanya inat saat kanda berburu beberapa bulan yg lalu’”jawab sang prabhu berdalih.

“Dinda ga percaya,karena dinda tidak sebodoh itu,pasti lah kanda mentertawakan dinda”.sahut sang putri sambil segera melepaskan pelukannya yang erat tadi.

“Tidak dinda,mana mungkin aku menertawakan dinda,pujaan hati ku,” kata sang prabhu.

“Aku tahu dan yakin bahwa sesungguhnya Kanda tidak sayang dan tidak pula cinta pada adinda, aku ingin bunuh diri saja, agar tak menjadi batu sandungan dalam hidup paduka,” kata Tuan Putri dengan nada marah, Sementara sang prabhu menjadi kebingungan, apa yg mesti dilakukan, kalau menceritakan apa sebenarnya yg menyebabkan tertawa, tentu tidak mungkin, karena harus dibuktikan dengan mengajarkan ajian yg beliau miliki kepada permaisuri. Bila demikian tentu hanya kematianlah yang akan mengakhiri pernikahan sang raja. Akhiranya setelah berfikir sejenak sang prabhu pun menjawab dengan tegas: "Wahai adindaku terkasih dan tercinta, sesunguhnya kanda begitu mencintaimu dengan sepenuh jiwa raga, namun maafkan adinda, kanda tidak miungkin mengatakan sejujurnya apa yg menyebabkan kanda tertawa terbahak bahak. Karenanya besok aku akan mengumumkan kepada seluruh rakyat negeri malawapati, bahwa aku dan dinda akan mengadakan upacara LABUH GENI sebagai bukti kasih sayang cintakku kepada adinda, kita akan mati bareng dalam satya geni itu,” kata sang prabhu sambil berdiri dan memperbaiki seluruh pakaiannya yg telah kusut dan sambil pula memakaikan kembali pakaian tuan putri yang tertanggalkan.

Dikisahkan besok paginya segera diadakan sidang kerajaan,serta dalam sidang itu diputuskan ,antara lain sang prabhu akan melakukan LABUH GENI/SATYA GENI, tiga hari kemudian dan tapuk pimpinan kerajaan diserahkan kepada Maha Patih Madrim.

Demikianlah setelah persiapan upacara selesai, sang prabhu pun naik di atas prasada (panggung) yang cukup tinggi dengan tuan putri, masing masing mengenakan pakaian serba putih. Upacara sedang berlangsung, sementara menunggu pendeta menghaturkan sesajen, terlihat para patih, seluruh rakyat menangis tersedu-sedu, sedih akan ditinggal oleh jungjungannya, bahkan banyak pula yg menangis meraung raung dan kemudian jatuh pingsan.

Saat itu pula hadir dekat lapangan upacara itu dua ekor kambiong jantan betina ,sementara yang betina sedang NGIDAM. “Kakak. tolong dong carikan ambu(daun kelapa) muda yg ada di panggungan sang prabhu,aku ingin sekali memakannya,dan bila kanda gak sanggup mencarikannya aku lebih baik mati saja,sebab sdh lima hari aku tidak makan,.dan hanya ingin makan aambu saja.” pinta si kambing betina sambil memelas.

“Apa katamu? Carikan ambu yg ada dipanggungan sang prabhu?Bah kamu sungguh sungguh istri kualat,hanya mementingkan diri sendiri.” sahut si kambing jantan.

“Ah,kalau demikian artinya kanda sungguh tidak cinta padaku aku mau mati saja sekarang”,sambung si kambing betina.

“Kamu mau mati silahkan,sekarang juga aku sungguh tak keberatan,aku masih banyak dapat yang lain dari kamu,yang jauh lebih baik dan cantik dari kamu.Dari pada aku hrs mati mencarikan kamu ambu,dipanggung tempat sang prabhu ber satya geni,yang sedang dikawal oleh prajurit pilihan dengan senjatan lengkap,lagi pula saya dengar kebetulan,daging kambing untuk menjamu tamu yg hadir,lagi dicari”jelas kambing jantan sambil matanya melotot,nafas mendengus karena marah.

“Eh..istriku..dengarkan,aku tidak akan sebodoh Prabhu Angling Dharma,walaupun aku hanya seekor binatang,tidak mau mengorbankan nyawa hanya untuk seorang wanita,tega meningalkan rakyat,menderita dan kesedihan.Sungguh bodoh dan tolol sang prabhu yang katanya pandai dan bijak ini.Apalagi betina seperti kamu sudah seperti piala bergilir,entah sudah berapa tongkat estafet kamu kenal.”omel si kambing jantan, sambil menuding nuding betinanya.

Saat si kambing jantan ngomel memarahi istrinya,sang Prabhu Angling Dharma mendengarkan dengan serius omelan si kambing jantan yang akhirnya beliau membenarkannya.Sementara beliau termenung:”Ah aku sesungguhnya aku lebih bodoh dari seekor kambing “Guman sang prabhu,sementara itu tuan Putripun telah menceburkan dirinya kedalam kobaran api.

Singkat cerita Sang Prabhu urung melakukan Satya geni, meninggalkan keraton sambil bersumpah tidak akan kawin dan kembali ke Malawapati apabila belum bertemu dan kawin dengan titisan Diah Satyawati.

Demikianlah sang Prabhu Angling Dharma meninggalkan keraton tengah malam, sambil menyerahkan negeri Malawapati kepada Maha Patih Madrim.Santih

EMPU WARUJU,Caturti kresnapaksa.cetra masa,Co,ka,Uye isaka 1932
oleh Pak Ketut pada 9 Juli 2011 pukul 13:09

No comments:

Post a Comment

Wusan simpang, elingang komentarnyane ngih..! Ring colom FB ring sor taler dados. ^_^ sharing geguratane ring ajeng dados taler.