Teks Berjalan

Om Swastyastu, Sameton Sutha Abimanyu, Nyama Blijul ajak makejang.. Rahajeng rauh ring blog puniki, elingang follow ig @blijul_pande twitter @jul_pande Youtube: Blijul TV _ Om santih, santih, santih.

Saturday, April 7, 2012

RAHASIA SEKS DALAM TEKS RESI SAMBINA

PENDAHULUAN
Salah satu kenikmatan hidup yang paling kontroversial adalah seks. Seks mampu secara komparatif bersaing dengan kenikmatan lainnya seperti harta dan kekuasaan. Seks yang dulunya dibicarakan secara sembunyi-sembunyi, penuh mitos dan kadang sakral kini mulai makin terkuak terbahas. Seks kini mulai masuk kesumsum nadi kebutuhan manusia dan informasi tentangnya menjadi sorotan besar untuk dinikmati.

Apabila dipandang dari sisi biologis, seks dan hasrat pencapaiannya adalah sebuah fenomena yang wajar dan normal, tak ubahnya dengan fenomena perut lapar yang minta makan, atau keinginan mata untuk melihat sesuatu yang indah, baik dan cantik. Seks menjadikan banyak orang bahagia, seks juga menjadikan banyak orang sakit, sengsara bahkan terhinakan. Seks yang ditabukan membuat banyak orang buta mengartikannya, mereka hanya mengandalkan naluri saja, sementara nuraninya tertinggal. Seks yang seharusnya hanya menjadi konsumsi orang yang telah resmi berstatus suami istri, kini terjadi penyimpangan hingga bukan lagi menjadi suatu hal yang suci dan sakral serta berlandaskan agama.  Tidaklah meherankan fenomena seks bebas kini mulai menghantui remaja generasi penerus bangsa. Kawula muda kini tidak lagi mentabukan seks, justru banyak diantara mereka yang gila seks. Fenomena ini justru menjadi semakin miris jika dibandingkan dengan seks jaman dulu. Akibat-akibat yang ditimbulkan dari seks bebas begitu banyaknya mulai dari penyakit yang ditimbulkan begitu banyak, aborsi, anak haram, AIDS, dll.  Padahal seks bila dilihat dari dimensi sastra dan ilmu pengetahuan dan penyaluran nafsu yang benar, merupakan sebuah kebahagiaan di dunia yang begitu lengkap. Di dalamnya terkandung kasih sayang, terapi psikologis, keseimbangan emosional dan kesehatan.  Untuk itu langkah pencegahan yang baik terhadap fenomena seks bebas adalah memberikan pengetahuan  seks pada generasi muda dengan cara yang benar yaitu melalui pendekatan sastra maupun ilmu pengetahuan.

Di Bali ternyata dalam lontar-lontar kuna sudah diungkapkan berbagai dimensi seks, dari filasafatnya (tattwa), etikanya (susila) dan bahkan tuntunan seks yang praktis namun bisa menghantarkan pelakunya ke alam kepuasan tertinggi, tersaji luas dalam teks-teks Kama Tattwanya.

Berikut kita akan coba untuk membahas seks bernuansa Bali dengan roh kehinduan yang kuat. Sehingga kita bisa mengetahui pengetahuan seks secara dini namun dengan cara penyampaian yang benar berdasarkan sastra dan ilmu pengetahuan tujuan seks yang suci dapat kita capai.

SEKS ALA BALI
Teks-teks Lontar yang Mengulas Mengenai Seks (Kama Tattwa)
Kama Tattwa merupakan kelompok teks Hindu yang secara khusus berbicara tentang seks dan berbagai permasalahannya. Jadi segala jenis teks Hindu yang terkait dengan masalah-masalah seks dapat digolongkan ke dalam Kama Tattwa.

Kata Kama berarti : keinginan, cinta, kasih sayang, kesenangan dari indria, air mani, dan nama Dewa Cinta, sedangkan kata Tattwa berarti kesejatian, yang membuat sesuatu ada, hakekat, jadinya, nyatanya. Jadi ddalam pengertian ini Kama Tattwa diartikan sebagai hakekat dari kesenangan indria yang berkait dengan cinta atau sederhananya filsafat seks yang mencakup pendidikan seks.

Teks yang dimaksud diantaranya : Rsi Sambina, Yaning Stri Sanggama, Rahasya Sanggama, Samarakridalaksana, Stri Sasana, Wadu Laksana, Rukmini Tattwa, Indrani, Pamedasmara, Usada Samaratura, Usada Lara Kamatus, Prasi Dampatilalangon, dll.

Teks Rsi Sambina, Yaning Stri Sanggama membahas berbagai cara senggama yang bisa dilakukan oleh sepasang suami istri guna mencari kenikmatan seks. Rahasya Sanggama membahas tentang daerah-daerah erotis wanita/istri yang harus diketahui oleh suami, guna mempermudah wanita mencapai orgasme. Samarakridalaksana merupakan teks yang memberi petunjuk kepada suami istri bagaimana seks dilakukan dengan spirit yoga dan mantra. Wadulaksana membahas ciri-ciri wanita yang dianggap utama dan ramalan tentang wanita yang akan melahirkan putra/putri utama. Rukmini Tattwa dan Indrani adalah teks yang menerangkan rahasia tentang keberhasilan Dewi Saci mempertahankan cinta Dewa Indra, melalui ramuan-ramuan tradisional khas wanita. Pamedasmara merupakan petunjuk tentang pilihan hari baik melakukan senggama. Usadha Samaratuta dan Usada Larakamatus adalah teks yang memuat berbagai macam petunjuk ramuan obat yang berguna untuk mengatasi berbagai keluhan seksual.

Pendidikan Seks
Pendidikan seks bagi orang Bali dalam usahanya mengharmoniskan hubungan suami istri dalam sebuah keluarga, bukan lagi merupakan sesuatu yang tabu. Budaya Bali beberapa abad lalu merupakan budaya yang memberi keseimbangan berdasarkan tingkat kehidupan antara dharma, artha dan kama. Dikalangan masyarakat Hindu Bali sesuai konsep Catur Purusa Artha, dharma merupakan batasan bagi gerak liar artha dan kama. Konsep ini bila dijabarkan laksana sebuah lokomotif penggerak kereta. Dharma adalah relnya, artha adalah bahan bakarnya, dan kama adalah tenaga penggeraknya. Perjalanan lokomotif yang tetap pada relnya, dengan bahan bakar dan tenaga penggerak yang baik secara pasti akan mengantarkan sampai tujuan, menuju sebuah “pulau harapan” dimana ia berlabuh dan melebur dirinya dalam sebuah eksistensi yang suci “moksa”.

Seks yang suci adalah seks yang telah memiliki mata, hati dan pikiran; demikianlah kama yang suci adalah kama yang berada dalam pelukan dharma dan artha. Tentu akan menjadi kepuasan yang maksimal ketika pengetahuan, perasaan dan sensasi seksual bisa berjalan seiring, Tattwa/filsafatnya dipahami, susila/etikanya dijalani, cinta dirasakan dan kepuasan seks itu dinikmati.

Wacana yang menyatakan bahwa pendidikan seks itu dilakukan sejak dini masih berkembang hingga saat ini. Namun materi yang diberikan haruslah disesuaikan dengan tingkatan usianya.

Pendidikan seks dalam tingkatan pemahaman gender perlu diberikan pada anak kecil, terutama di daerah perkotaan, dimana harapan untuk mengetahui perbedaan kelamin antara ayah dan ibu oleh seorang anak pupus dan sering terabaikan.

Pendidikan seks terpenting bagi remaja adalah pemahaman terhadap alat-alat reproduksi, hingga kecendrungan terjadinya hamil pranikah dan pengguguran kandungan dapat diminimalisirnya bahkan tidak perlu terjadi, sebab merela paham betul akan fungsi alat-alat reproduksi tersebut serta akibat yang dapat ditimbulkan bila terjadi penyalahgunaan.

Barulah bagi mereka yang telah menikah pelajaran Kama Tattwa diberikan, pelajaran yang mengulas tuntas fungsi dan titik erotis penyebab orgasme, daerah sensasi erotis, warna kulit, gaya senggama, pengeruh bulan bagi libido seks wanita, yoga seks, juga doa-doa senggama,dll. Semua itu merupakan kebutuhan seks yang begitu diperlukan demi kepuasan seks itu sendiri.


Seks yang Dianjurkan
Seks adalah kebutuhan biologis yang tidak dapat dipungkiri oleh manusia normal. Berbagai pandangan manusia tentang seks tumbuh subur dan akhirnya perlahan membentuk budaya seks dengan perspektif masing-masing. Ada golongan manusia yang memaknai seks sebagai sebuah ‘petualangan’, ada juga yang memandang bahkan menekankan seks sebagai media kelahiran. Dualisme sudut pandang seperti itu selanjutnya membawa pemikiran pada dua jalan, mengejar kenikmatan seks atau keturunan; yang satu memberi peluang tumbuh suburnya seks bebas, yang kedua cenderung menggiring seks menjelma ke dalam bentuk gelap rahasia dan tabu untuk dibicarakan.

Bali dengan sosio budayanya, ketika dirujuk pada kenyataan akan tersedianya teks bertema seks (kama) di perpustakaan lontar atau milik masyarakat, mengindikasikan bahwa “jalan” tengah adalah pilihan budayanya; “jalan” diantara sakral dan profan diantara “petualangan” dan “media kelahiran”; diantara ortodok dan liberal, inilah jalan yang dianggap paling baik dan mendasar.

Budaya Bali menyadari bahwa seks adalah kebutuhan alamiah manusia, yang mana dengan seks akan didapatkan dua hal yang terpenting yakni kenikmatan (kama) dan keturunan (putra). Pencarian kenikmatan itu harus didasari atas dharma (kebenaran) (solusi mengantisipasi seks bebas) dan melalui dharma akan lahir keturunan yang su-putra/berkualitas. Disinilah titik lentur budaya Bali dalam menginterpretasikan fungsi seks bagi manusia yakni sebagai media mencari kenikmatan ataupun keturunan.

Wujud material dari dharma dalam kerangka kama adalah upacara pernikahan, melalui upacara inilah manusia yang telah disahkan sebagai pasangan suami istri diberi kebebasan seluas-luasnya untuk menikmati seks (kama) dan mendapatkan keturunan (putra). Sehingga hubungan seks yang dianjurkan adalah hubungan seks dalam status pernikahan.

Seks dipandang sebagai salah satu dari kegiatan paling suci manusia yang mengharuskan doa-doa ikut andil memberi sentuhan suci pada desahan nafas dua orang suami istri yang memohon pada Tuhannya akan kelahiran seorang anak suputra (mulia) ataupun anugrah kenikmatan tanpa batas dalam ritus senggama mereka yang suci. Sehingga seks yang dilakukan dalam suatu pernikahan Hindu tidak hanya sebagai pelampiasan nafsu birahi melainkan sebagai suatu kegiatan suci yang berlandaskan dharma.

Pasangan suami istri juga harus saling melengkapi dalam suatu hubungan sehingga mampu menjaga kelanggengan hubungan suami istri. Kepuasan pasangan dalam hubungan seks menjadi hal paling penting yang harus diingat. Hendaknya suami dan istri sudah mengetahui cara memuaskan pasangannya masing-masing dengan teknik-teknik maupun pengetahuan tentang tata cara melakukan hubungan seks yang dianjurkan dalam teks-teks Kama Tattwa diatas. Dan hendaknya hubungan  tersebut dilakukan dengan pemilihan hari yang baik sehingga hasil yang diinginkan dari hubungan seks tersebut yaitu anak yang suputra dapat terwujud.

SENI SENGGAMA DALAM TEKS RESI SAMBINA
Pusat Erotis Wanita: Klitoris dan G-spot dalam Teks Resi Sambina
Berbicara tentang ilmu seks atau sanggama, dalam teks Resi Sambina dinyatakan bahwa dasar dari pengetahuan seks dalam kaitannya dengan usaha membuat istri orgasme (murca) adalah dua titik terpenting dari yang penting lainnya, (1) dijelaskan dengan ’purna sasangka’ dan  (2) ’nadi / windu’.

Purna Sasangka (1) arti harfiahnya adalah bulan purnama yang dalam istilah kedokteran dikenal dengan nama klitoris, titik bulat yang letaknya di belahan bibir atas vagina itu diibaratkan bagaikan bulan penuh yang memancarkan sinarnya dan dengan tegas dinyatakan bahwa para suami harus memperhatikan ”titik” erektil wanita ini bagi tercapainya orgasme si istri. Kutipannya berikut :
Iruhurning pundak ikang baga, ya ina separsanira, ina separsa, Ta ikang purna sasangka.
"di atas bahu vagina, disanalah sentuh dan raba, sentuh dan rabalah yang bagaikan bulan purnama itu".
Suami yang ingin membuat istrinya senang saat bersenggama, ketika dalam masa pemanasan hndaknya memperhatikan ”titik” ini (purna sasangka / klitoris). Daging yang bergelendut pada bibir bagian atas vagina itu hendaknya diraba dengan sentuhan tangan, sementara bibir mencium daerah sensitif lainnya. Jika terasa istri telah menikmatinya, sentuhan dan rabaan pada daerah klitoris bisa lebih ditekan dengan tekanan yang dikeraskan sedikit.

Apabila istri telah terdengar mendesis-desis atau diam dan memejamkan matanya (bagi yang malu), sentuhan dan rabaan pada daerah purna sasangka itu hendaknya difokuskan. Dimana ujung jari tangan menekan sembari menguceknya dengan tekanan yang cukup keras. Apabila teknik ini dilakukan dengan durasi waktu cukup lama, orgasme akan terjadi pada si istri.

Ke (2) nadi/windu. Nadi adalah pusat saraf dan windu berarti titik bulat, kedua istilah ini dalam istilah kedokteran dikenal dengan istilah klitoris dalam atau G-Spot. Kalimat lengkapnya dalam Resi Sambina sebagai berikut:
Itengahning baga mandala, ana ta mangsa mangadeg, ritengahning mangsa, yateka windu, ana ta liang mahet,
ngkana tong waning nari wisesa.
"di tengah liang vagina, ada daging seolah berdiri, di tengah daging, itulah windu namanya, ada lubang kecil, disanalah pusat dari
kenikmatan/kekuatan wanita".
Dibelahan dalam bagian atas vagina (dinding depan), ketika jari tangan dimasukkan akan terasa ada daging yang bergelendut, besarnya kira-kira sebiji kacang. Seiring dengan vase rangsangan wanita, apabila titikm ini disentuh (nadi/windu) ia bisa membesar dan mengeras.

Saat melakukan senggama hendaknya titik inilah yang dituju oleh penis suami. Jika titik ini kena tersentuh oleh penis, wanita akan mengalami ’orgasme vagina’ yang mana kenikmatannya berbeda dengan ’orgasme klitoral’. Titik nadi/windu ini susah tersentuh oleh ujung penis, jika demikian, tangan boleh dipakai. Carilah titik nadi/windu ini dibelahan dalam bagian atas vagina atau dinding depan, ketika si suami telah menemukannya, sentuh pusatnya dengan ujung jari dengan tekanan sedang.

Jika si istri telah menikmati rangsangannya, nadi/windu ini akan mulai membesar dan mengeras, apabila istri mulai mendesah, mendesis, mengaduh-aduh karena nikmatnya sentuhan dari ujung jari boleh ditekan dengan tekanan cukup keras. Teknik ini jika dilakukan dalam durasi waktu cukup lama mengantar istri untuk merasakan kenikmatan lain dari orgasme klitoral di atas. Sensasi kenikmatan ini diistilahkan dengan ’murca atau orgasme vaginal’.

Warna Kulit dan Seks: Lontar Resi Sambina
Yan akuning ikang stri ri ruhur unggwaning ragania ;
yan bang-bang ring tengenan unggwaning ragania; yan makiris ahijo, ring kiwa unggwaning ragania, yan ahireng ring sor unggwaning ragania.
"Jika istri berkulit kuning, sensasi seksnya ada di tubuh bagian atas; jika berkulit merah, sensasi seksnya ada di tubuh bagian kanan; jika istri agak kurus dan berkulit hijau, sensasi seksnya ada di tubuh bagian kiri; jika kulit istri berwarna hitam atau gelap, sensasi seksnya ada di tubuh bagian bawah."
Di sini teks Resi Sambina, telah mengidentifikasi bahwa wanita dengan kulit yang berbeda memiliki daerah sensasi seks yang berbeda pula. Teks Resi Sambina mengklasifikasi wanita berdasarkan warna kulit dengan istilah berikut:
1.   Singha Wikranta / Wanita Singa (berkulit kuning/putih) dengan daerah erotis di tubuh bagian atas seperti : dada (payudara), tengkuk, leher, telinga, bibir, hidung, pipi, dsb.
2.    Padma Prasita / wanita lotus (berkulit merah) memiliki rangsangan seks di tubuh bagian kanan, seperti; daerah telapak kaki kanan, betis belakang kanan, daerah pangkal paha kanan, punggung kanan, tangan kanan, payudara kanan, leher kanan, tengkuk kanan, telinga kanan, dsb.
3.      Ratha Wahana / wanita kereta (berkulit hijau) daerah rangsangan seksnya di tubuh bagian kiri, seperti; telapak kaki kiri, betis belakang kiri, daerah pangkal paha kiri, punggung kiri, tangan kiri, oayudara kiri, leher kiri, tengkuk kiri, telinga kiri, dsb.
4.    Sarpa Nuya Pana / wanita ular (berkulit gelap atau hitam), memiliki daerah rangsangan seks di tubuh bagian bawah seperti; daerah pinggang, perut, pusar, dan bawah pusar, lekukan-lekukan pantat, daerah pangkal paha, betis, telapak kaki, dsb.

Rangsangan Di ”Kawasan” Erotis Wanita
Nihan awak ning stri sparsan, lwirniya : Puwal-puwalan,
wulekan pupu, wetengniya, walakang, baga, susu, lambung, kanta, lepa-lepaning tangan lawan jarijinia.
"Inilah bagian tubuh yang hendaknya disentuh/raba : pinggul, pangkal paha bagian dalam, perut, punggung, vagina, payudara, lambung, leher, sela-sela jemari, dan jeriji tangannya".
Sang pengawi Resi Sambina telah meneliti dengan cermat daerah rangsangan atau bagian tubuh sensitif seks wanita. Letak sensasi erotis bagi wanita ini hendaknya diketahui dengan fasih oleh orang yang terikat dalam hubungan suami istri. Pengetahuan ini jelas sangat berguna bagi para suami atau istri, sebab dengan ini, mereka tidak lagi belajar dari awal tentang keberadaan dari daerah-daerah sensasional itu. Suami dapat langsung menuju daerah tersebut, sedangkan bagi seorang istri, pengetahuan ini merupakan suatu penuntun untuk memahami dengan lebih baik bagian-bagian erotis dari tubuhnya.

Teks Resi Sambina pada dasarnya menyatakan ada sembilan daerah erotis di tubuh wanita, yakni; (1) pinggul, seorang suami hendaknya meraba daerah pinggul istrinya, titik sensasinya ada di belahan pantat belakang, yakni pada daerah pertemuan antara lekukan pantat dan lekukan pinggang, letaknya ada di bawah pinggang di antara kedua pinggul; (2) paha, pada daerah ini sensasi seksnya hampir merata namun daerah paling sensitifnya ada di paha bagian dalam; (3) perut, daerah terpentingnya ada di bawah pusar di atas vagina; (4) punggung, daerah sensasinya lebih peka pada bagian tengah (belahan tulang punggung) dan dibagian atas dekat leher; (5) vagina, sensasi yang paling penting dari vagina adalah daerah purna sasangka (klitoris) dan windu (G-Spot); (6) payudara, yang paling utama dan sesnsasional dari payudara ini adalah putingnya; (7) Lambung, bagian paling sensitifnya terletak pada bagian depan (dekat perut); (8) leher, letak paling sensitifnya ada pada daerah tengkuk dan dekat dagu; dan (9) tangan, sensasi paling sensitifnya ada pada sela-sela jemari.

Daerah larangan yang dinyatakan pantang bagi sebuah usaha ”pemanasan” dalam pendakian senggama yang dinyatakan pada Resi Sambina ada empat daerah yaitu: lutut kanan, lutut kiri, siku kanan, dan kiri. Jika daerah ini disentuh atau dipijat oleh suami, akan menarik kembali istri yang telah berada pada posisi ”ON” (panas) ke alam kesadarannya. Adapun kalimatnya sebagai berikut: nihan tawak nikanang stri tan asparsan, pat kwehniya, lwirnya, tur karwa, siku karwa”. Artinya, inilah bagian tubuh wanita yang hendaknya jangan disentuh, empat adanya: kedua lutut kaki, dan kedua siku tangan.

Bulan dan Erotis Wanita
nihan ta luirnya tamba ya nikang surtawata
rikanang stri, yan ring pratipada.
”inilah bagian tubuh ywanita yang berfungsi sebagai pusat
erotis (pembangkit libido seks) apabila diasesuaikan dengan perhitungan hari
”paruh terang” (pananggal / bulan baru)
Dalam sistem wariga, diadakan pembulatan hingga ada bulan (sasih) tahun candra (lunar sistem) yang berumur 30 hari atau 29 hari. Hitungan hari ini dibagi menjadi 2 kategori yang disebut dengan pananggal – pangelong, masing-masing berlangsung selama 14-15 hari. Dalam sistem pemilihan padewasan (pemilihan hari baik) umumnya, hari-hari yang dihitung pangelong dianggap sebagai waktu buruk (mala candra) hal ini diilustrasikan dengan semakin memudarnya cahaya bulan pada masa pangelong tersebut.

Pada hari yang terhitung pananggal 1, letak rangsangan wanita pada ibu jari kanan. Pananggal 2 letak rangsangan wanita terletak di ibu jari kiri. Pada hari pananggal 3, letak rangsangan seks wanita ada di paha kanan. Pananggal 4, letak rangsangan seks wanita ada di paha kiri. Pananggal 5, letak rangsangan seks wanita ada di kemaluannya. Pananggal 6, letak rangsangan seks wanita ada di pusarnya. Pananggal 7, letak rangsangan seks wanita ada di lubang pusar. Pananggal 8, letak rangsangan seks wanita ada di payudara kanan. Pananggal 9, letak rangsangan seks wanita ada di payudara kiri. Pananggal 10, letak rangsangan seks wanita ada di bahu. Pananggal 11, letak rangsangan seks wanita ada di ujung hidung. Pananggal 12, letak rangsangan seks wanita ada di dagu bagian kanan. Pananggal 13, letak rangsangan seks wanita ada di dagu bagian kiri. Pananggal 14, letak rangsangan seks wanita ada di dahi. Pananggal 15, letak rangsangan seks wanita ada di kepala.

Dalam ungkapannya yang halus namun pedas, pangawi atau pengarang Resi Sambina berkata:
Ana nadi anung munggwa ngkana, mamuara arsa yan kaSparsa dening anguli
’Ada pusat-pusat saraf pada tubuh wanita yang bisa menyebabkan bangkitnya nafsu seks jika ia diraba dengan cara anguli (digesek/dikucek)’.
Dadyanikang wang mapunggung, tan weruh ri kanang nadi,
winarah twi tan wuruh atah, apan ikang wang mapunggung,
pamulangan diun lunga paramartania.
”Orang-orang yang munafik, yang tidak mau tahu pusat-pusat saraf ini, meskipun ia diberitahu, mereka tetap akan tidak tahu, sebab apa gunanya mengajari mereka yang munafik, bagai menuangkan air pada tempayan yang pecah”.
Senggama ”Dalam Kama Tattwa Resi Sambina”
Pangasparsan nira irikang anguli, ilat kunang, lambe, purusa kunang, yatna ta sira, isedang niang kasparsa, ikang nari mungguh ri
tengahning windu, magrah teka sandining awak nikang stri, wus nian
mangkana, atianta murca ta ya de nira sang maha widagda”.
Jilatan lidah, bibir, juga kemaluan. Hendaklah diperhatikan dengan
baik gerak-gerik istri saat diraba daerah-daerah sensitifnya itu, setelah
perempuan berada dalam lingkaran asmara dan hasrat seksnya sudah membara,
barulah Sang Maha Widagda melakukan tindakan seks yang akan mengantar
si istri pada puncak kenikmatannya (murca).
Kalimat dalam teks Kama tattwa Resi Sambina di atas, menjelaskan bahwa dalam melakukan hubungan suami istri, suami hendaknya memperhatikan dengan baik tahapan-tahapan seks itu. Seks dimulai dari pemanasan ringan, misalnya meraba-raba daerah sensitif wanita, kemudian berikutnya pemanasan utama dengan cara melakukan ciuman bibir, hisapan lidah, oral pada pasangan anda, dan mencumbu daerah sensitif lainnya. Hingga tanda-tanda dari keberhasilan rangsangan puncak terlihat, barulah senggama yang sebenarnya siap dilakukan.

Dalam ulasan berikutnya, sang pengarang Resi sambina menyatakan sebagai berikut: (1) ketika istri sudah terlentang di ranjang, hendaknya suami meraba payudara si istri dari bagian atas (siwastana) dan daerah sensitif lainnya. Pada saat meraba payudara dan bagian sensitif lainnya, perhatikan agar jangan sampai paha suami menindih tubuh istri; berikutnya (2) payudara dan daerah sensitif lainnya di kulum atau pun dijilati dengan lidah, lakukan teknik yang sama pada vagina istri, setelah sekian lama dalam teknik pemanasan lidah (jihwa) berikutnya; (3) tempel dengan ketat vagina istri  dengan pusar suami, lalu digoyangkan (usahakan tempelan pusar menyentuh dengan ketat klitoris istri), perhatikan dahi si istri, setelah terlihat ada ”cahaya” (lingga caya panikara); (4) pegang vaginanya dengan tangan kiri, arahkan pada klitoris lalu kucek-kucek dengan telunjuk atau jari tengah dan tangan kanan dipakai untuk meraba bagian-bagian sensitif lainnya, setelah sekian lama; (5) penis digesekkan pada vagina (hana kadi sekarning udaya prana kucup) kepala penis diarahkan menuju pundarika (klitoris), jangan langsung dimasukkan ke dalam, lakukan beberapa lama, setelah itu; (6) barulah penis dimasukkan ke liang vagina, setelah beberapa saat; (7) keluarkan penis, lalu kembali digesekkan kepada pundarika (klitoris), lakukan beberapa saat setelah itu; (8) kembali masukkan penis, usahakan ujung penis bisa menyentuh nari gangga (G-Spot), sedangkan batang kemaluan usahakan mampu menggesek pundarika (klitoris). Jika dirasa batang kemaluan kesulitan untuk menggesek klitoris, sembari senggama tetap dilakukan, klitoris ini bisa dikucek-kucek dengan tangan.

Jika tubuh istri mulai bergetar (kumeter sarwa sandiniya) mendesis-desis (ngesis), tersedu (sigsigan), mengaduh-aduh nikmat (mangaruh), memeluk dengan ketat atau menggigit (menahut), inilah tanda dari kenikmatan puncak istri anda segera akan terwujud (murcaning stri).

Demikianlah ulasan singkat mengenai teks Resi Sambina yang secara mendasar teks Resi Sambina ini berisikan tentang tata cara seorang pria membangkitkan gairah seorang istri. Dalam teks Resi Sambina sebenarnya juga dibahas mengenai doa senggama dan pengobatan (usadha), namun dalam kesempatan kali ini tidak dibahas.


PENUTUP
Simpulan
Seks ala Bali yang banyak dipaparkan dalam teks-teks Kama Tattwa salah satunya yaitu Resi Sambina memberikan pengetahuan tentang tata cara dan teknik dalam melakukan senggama yang dilandasi dengan dharma dan bukan sekedar sebagai pelampiasan nafsu untuk mencari kenikmatan semata. Namun semua itu lebih kepada bagaimana cara pelampiasan nafsu dengan cara yang benar dan pengetahuan yang dilandasi dharma. Sehingga tujuan dari hubungan seks yang sesungguhnya yaitu mendapatkan kenikmatan ataupun anak yang suputra (mulia) dapat tercapai. 

Saran
Pendidikan seks bukanlah hal yang tabu lagi untuk dibicarakan karena sudah menjadi rahasia umum. Setiap orang perlu mendapatkan pendidikan seks yang baik dan benar berdasarkan ajaran susila dan agama agar tidak menyimpang dari norma-norma yang ada. Pembahasan mengenai seks ala Bali yang didasari atas teks-teks ataupun lontar-lontar yang berkaitan dengan seks telah dirangkum dalam 2 buah buku yang berjudul Seks Ala Bali: Menyibak Tabir Rahasya Kama Tattwa” dan Seks Ala Bali II Wadhu Tattwa: Sekelumit Catatan Tentang Hakekat Wanita Dalam Wadhu Tattwa” oleh I B. Putra M. Aryana, SS, M.Si alumni jurusan Sastra Daerah Fakultas Sastra Universitas Udayana tahun 2000. Anda bisa mendapatkan bukunya di toko-toko buku terdekat di Bali. 


Oleh :
Tim Penyusun dari KAMASADA (FS UNUD)
(Muliarta, Juliana, Sastrawan, Trisna, Sriartini)

7 comments:

  1. Om Swastiastu, Rahajeng ngelaksanayang swadharmanyane suang-suang ring semeton sareng sami.

    Artikelnyane becik pisan niki, mohon label/tag nya di tambahkan agar SEO googlenya semakin becik dan mudah di searching, inggsih suksma

    Semeton ngiring simpang
    Help You See Beyond Reality

    ReplyDelete
    Replies
    1. Om Swastyastu, Suksma Bli Eben, tiang masih mencoba belajar untuk buat tag di blogspot, masih googling, mungkin ada cara yang lebih mudah biar gampang si SEO bli?

      Delete
  2. ... artikel sangat menarik... kalau dibaca saja, kayaknya kurang apdol... mending dipraktekkan saja ntar malam... ha... ha... http://sudiatmika.com

    ReplyDelete
    Replies
    1. Buikkkk.... langsung oraktek bli? mantabbb.... ingetang pang tidur malu makejang nik2e,, hahahaha

      Delete

Wusan simpang, elingang komentarnyane ngih..! Ring colom FB ring sor taler dados. ^_^ sharing geguratane ring ajeng dados taler.